Belajar Dari Perang Uhud

Setelah terjadi perang uhud tahun ke 3 hijrah yang menyebabkan jatuh korban jiwa yang tidak sedikit baik kaum mukminin apalagi kaum kafir kuraish saat itu . 70 orang lebih syahid dan banyak yang luka-luka korban dari kaum muslim. Perang Uhud terdiri dari dua sesi, pertama dimenangkan oleh kaum muslimin yang berhasil memukul mundur pihak lawan sampai mau masuk ke kota Makkah, dan sesi kedua pukulan telak dialami oleh kaum muslimin, yang dikomandoi oleh kholid bin Walid. Bukan hanya fisik namun juga mental, apabila kalian kena luka pada saat ini(pada perang uhud)kaum itu juga pernah melqkukan luka yang sama(yaitu pada perang badar), hari demi hari itu kami pergilirkan antar sesama ummat manusia kadang menang kadang kalah. Agar Allah mengetahui benar-benar beriman, pastinya Allah tidak suia pada kaum dzalimin.

Perang antara kebenaran dan kebatilan itu tidak pernah berhenti , selalu berseteru. Surah Al Baqarah menyebutkan upaya kaum kafir terhadap upaya kaum muslim itu tidak pernah berhenti dengan cara kekerasan untuk mengembalikan kepada agama. Kata Allah, kalau mereka mampu. Pertarungan itu tidak berhenti, tidak stop sampai hari kiamat. Inilah tabiat kebatilan.

Mau jadi penyokong kebenaran atau mau menjadi penyokong kebatilan, cuman ada dua pilihan, tidak ada pilihan ke tiga.
Karena pertarungan ini tidak pernah berhenti maka zaman demi zaman, periode demi periode meperlihatkan episode tersebut, yang hanya berganti cuman pegusung-pengusung itu.

Kita ingin mrnjadi pengosong kebenaran tentunya, nqmun perlu disadari bahwa al hak kadang diatas kadang juga dibawah.
Nabi berdaqwah, dan diganti khlafaur rasyidun kemudian khilafah-khilafah yang mengalami kemunduran.
Inti kekuatan kaum muslimin selqlu ada, akan selalu ada yang memegang prinsip kebanran itu, tidak akan terganggu jika ada yang mau menganggu. Kembalinya kebenaran atau shafwah islamiyah kembali ke fitrah kebenran itu. Sama seperti fase perkembangan manusia fase demi fase.
Fase kebangkitan ini telah ingin mencapai puncaknya. Tanpa membedakan fase islam murni maupun islam yang menyimpang, seperti saat revolusi iran, kaum muslimin serasa ini adalqh kemenangannya namun lambat laun akhirnya mereka sadar bahwa islam di iran bukan islam yang telah dicontohkan oleh rasulullah, sadar bahwa itu adalah sekedar imamiah, jauh dari kemurnian murni.
Seelperti fase remwja dewasa, kaum muslimin saat ini semakin tahu dan paham bagaimana islam yang baik dan murni itu.
Kebangkitan muslim tentunya tidk ingin layu sebelum berkembqng, tidak ada satupun yang mau seperti itu, kebangkitan islam ini perlu diketahui tabiat. Bagaimana menjadi seperti yang dicita-citakan. Orang pendahulu menjadi panutan seperti itu.
Yang harus dijaga :
1. Pilar utama islam adalah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan tidak berpisah dari islam. Islam baru dapat dirasakan jika mengetahui hakikat islam itu sendiri. Untuk mengetwhuinya adalah dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan secara umum, baik ilmu syari maupun ilmu umum baik tentang sains, teknologi. Kita tidak anti teknologi, malah untuk dikembangkan dengan kreatif. Tidak terbalik, agama terkreasi namun teknologi kaku. Contoh busana muslimah dengan hijab yang terkreasi sehingga menghilangkan esensi dari hijab itu.
Apa yang nabi bawa maka diambil namun dunia, digunakan. Nabi berikan khaidah umum, kalian lebih tahu tentang dunia kalian. Suatu saat akan mengalami kemunduran. Saat ini kita kehilangan figur ulama, sejarah ulamalah yang menciptakan gerakan kebangkitan ispam ini yang berjiang secara murni dengan matang dengan ilmunya.
Tanpa ilmu pengetahuan utakanya ilmu syar'i maka akan mengalami kemunduran.
Siapa yang tidak mengalami perkembangan maka akan tersisih. Tidak bisa mencapai ulama jika tidak tahu bahasa arab, apalagi tidak pernah baca buku. Orang tidak akan jadi ulama jika cuman ikut pengajian.
Ilmu syar'i dan sains. Tekuni dan geluti. Jika ingin geluti untuk menjadi ulama maka cari yang memiliki fisi itu, bukan mencari tempat kuliah yang menggugat agama.
2.Menjaga Kebersamaan
Kebersamaan pasti akan menghasilkan yang lebih bagus, bukan zamannya bergerak sendiri-sendiri. Serangan islam bukan serangan sporadis, memeerlukan kajian-kajian.
Coba perhatikan pola, jika ada serangan sesuatu yang besar maka akan mirip maka akan satu yang lain , pelakunya tertuju untuk islam. Ini bertujuan untuk mengetes,pembangkit kekuatan islam ini. Selalu dibuatkan cara untuk memojokkan islam. Seperti contoh saat kasus Charlie itu telah berekspresi untuk menghina nabi, namun jangan marah saat ada orang ada yang berekspresi untuk menghukum meskipun telah salah jika kita bekata orang liberalis itu. 
Jangan tergesa-gesa, kapan pertolongan itu datang? Perjuangan harus sabar, resiko pasti ada dan ditangung sendiri. Semakin serangan itu gencar maka cahaya kemengangan itu sudah dekat. Ingat pertolongan itu semakin dekat, yang dibutuhkan adalah sabar dan konsisten. Pelaku kenagkitan  islam harus sabar dqn konsisten, jangan tergesa-gesa. Sikap sabar dan menahan diri itu dari Allah, dan tergesa-gesa itu dari Allah. Pasti Allah akan memberi, yaitu saat kita siap. Menyispakan kesiapan itu, setelah sabar dan konsisten.
Mengapa pasukan musuh saat perang uhud itu dapat memukul mundur? Karena mereka telah siap. Dengan pasuka Kholid Bin Walid sebelum masuk islam dengan melihat pasuka panah yang telqh meninggalkan pos penjagaannya.

Oleh Ust Dr.  Rahmat Abdurrahman, Lc, MA di Masjid Wihdatul Ummah 10/1/15

0 Comment "Belajar Dari Perang Uhud"

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca...!!!

Thank you for your comments