Syaikh Ustaimun Rahimahumullah Ketika Ditanya Tentang Sayyid Quththubi

 Jika kalian menuduh saya dengan gelar quthubiy, maka demi Allah saya berlpas diri dari tuduhan keji itu. Saya tidak mau mencela dia, dan saya juga bukan pengikutnya. Saya pengikut rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Saya Cuma tidak ingin menjelek-jelekan seorang daiyang syaikh ustaimin pun tidak mau menjelek-jelekan beliau. cukuplah perkataan syaikh ustaimin yang saya pegang. Dan inilah dialaognya. syukran

Seorang penanya berkata: apa pendapat anda terhadap buku sayyid quththub fii zhilaalil al qur'an? Sebagaimana diketahui bahwa dalam kitab ini ada pemahaman akidah wihdatul wujud.

Syaikh menjawab:  ini adalah tuduhan bahwa di dalam kitab  itu terdapat pemahaman wihdatul wujud. Karena seandainya ini betul ada maka sungguh ini adalah diantara kekufuran yang paling besar. Akan tetapi kami katakan kepada yang menuduh, datangkan buktinya... datangkan bukti atas apa yang engkau katakan bahwa kitab ini terdapat di dalamnya perkataan  tentang wihdatul wujud atau penetapan akan akidah wihdatul wujud.
 

Buku itu walau bagaimanapun juga, saya belum membacanya. Akan tetapi saya telah membaca beberapa nukilan dari kitab tersebut dari beberapa ulama kita yang mulia. Yaitu pada beberapa pembahasan, dia memiliki pembahasan yang baik sebagaimana yang telah kami dengar dari beberapa orang ikhwah. Dan dalam beberapa hal memang di dalamnya terdapat kesalahan.

Sungguh ibnu rajab rahimahullah (dia adalah ulama bermazhab hanabilah diantara murid-murid ibnul qayyim)  pernah berkata dalam kitabnya al qawaaidul fiqhiyyah:

Allah tidak ingin menjadikan selain kitab-Nya memiliki ishmah (terbebas dari kesalahan) dan pelayan yang dimaafkan adalah pelayan yang sedikit kesalahannya dan banyak kebenarannya.

Ini adalah pelayanan.

Siapa yang selamat dari kesalahan? Semua anak cucu adam berbuat salah. Dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang bertaubat yang kembali kepada kebenaran. Terdapat dalam kitab itu kesalahan-kesalahan, maka kita temui kesalahan itu dan kita menolaknya  (syaikh memperbaiki) dan kita jumpai kebenaran dan kita tolak kesalahan.

Penanya kembali bertanya: (suara penanya tidak jelas, nampaknya ia menanyakan tafsir surah al ikhlas ; qul huwallahu ahad)

Syaikh menjawab: tafsir surah qul huwallahu ahad, saya katakan kepadamu saya belum membaca kitab tersebut. Akan tetapi tolong berikan kepada kami sekrang buku itu agar kami melihatnya.

Penanya memotong perkataan syaikh dengan suara yang tidak jelas.

Syaikh berkata: mana dia? Dan bagaimana?

Penanya terus memotong perkataan syaikh utsaimin dengan suara yang kurang jelas.

Syaikh ibnu utsaimin berkata: yang terpenting kami tidak berkata sesuatu apapun sampai kami melihatnya dengan mata kepala kami, karena masalah ini sangatlah berbahaya. Dan saya mengatakan kepada kalian,  jika terjadi pada seorang 'alim yang dikenal selalu menasehati ummat, jika terjadi padanya kebimbangan antara kebenaran dan kebimbangan pada kesalahan, maka bawalah keadaan tersebut dengan perkiraan paling baik.

Penanya berkata: ini masalah akidah wahai syaikh.

Syaikh utsaimin berkata: pada masalah akidah atau bukan akidah!! Jika dia dikenal dalam menasehati ummat, dan perkataannya disegani, maka bawalah kondisi tersbut pada kemungkinan paling baik. Sebagai penghormatan pada laki-laki itu, sebagai penghormatan pada laki-laki itu.

 

Dan aku katakan pada kalian:  sekarang ini ada orang-orang –kita memohon kepada Allah hidayah untuk kita dan untuk mereka- mereka suka mencari-cari kesalahan para ulama. Kemudian mereka memunculkannya dan diam pada kebaikan-kebaikan yang berlipat-lipat dari kesalahan ini.

 

Penanya memotong perkataan syaikh utsaimin; dalam masalah akidah wahai syaikh.

Syaikh ustaimin tetap melanjutkan: ini salah,, ini salah,, dalam masalah akidah –semoga Allah memberkahimu- seperti yang lainnya. Karena terkadang seseorang terjatuh dalam kesalahan. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa para ulama berbeda pendapat pada masalah apakah neraka itu abadi atau tidak? Ini terjadi dikalangan salaf dan ulama belakangan ini. Apakah ini akidah atau bukan akidah??! Aku bertanya kepadamu!! Ini masalah akidah dan mereka berbeda pendapat di dalamnya.

Jembatan shirath yang di letakkan di atas jahannam apakah dia shirath jalanan (jembatan jalan)  sebagaimana yang lainnya seperti jalan-jalan itu?? Atau lebih halus dari sehelai rambut atau lebih tajam dari pedang. Terdapat khilaf.

Penanya kembali memotong perkataan syaikh.

Syaikh melanjutkan perkataannya: Dengarkan!! Yang ditimbang pada hari kiamat apakah amalan-amalannya, atau orang yang mengerjaan amalan itu, atau mushaf-mushaf yang berisi amalannya??

Penanya berbicara dengan suara kurang jelas.

Syaikh ustaimin melanjutkan: aku menuturkan kepada kalian beberapa khilaf. Apakah rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah pernah melihat Allah atau belum? Apakah ruh dikembalikan pada badan di dalam kubur sehingga ketika seorang di azab dalam kubur bersama dengan ruh dan badannya? Atau Cuma ruhnya saja?

Semua ini adalah permasalahan akidah.

Penanya kembali bertanya dengan suara yang kurang jelas.

Syaikh utsaimin menjawab: baiklah. Saya ingin memberikan kepada kalian kaidah dalam masalah menafikan istiwa (bersemayamnya Allah) dan lainnya dari sifat-sifat Allah.

Siapa yang menafikan sifat dengan nafyu ingkar dalam hal ini dia mendustai al qur'an. Dan siapa yang menafikannya dengan nafyu ta'wil. Maka diperhatikan pada ta'wilnya.

Syaikh bertanya kepada penanya. Apakah engkau tau? Yaitu misalnya apabila seseorang berkata: sesungguhnya Allah tidak bersemayam di atas arsy

Syaikh ustaimin bertanya pada penanya: ini penafian dalam hal apa? Ingkar atau ta'wil?

Penanya menjawab: ingkar

Syaikh membenarkan perkataanya: ingkar, ini kafir karena dia telah mendustai al qur'an. Dan barang siapa yang mengatakan sesungguhnya Allah bersemayam diatas arsy akan tetapi makna istiwa adalah istaula (menguasai)

Syaikh bertanya: ini  bentuk nafyu apa?

Salah seorang dari mereka menjawab: ta'wil

Syaikh membenarkan jawabannya. Ta'wil, maka dilihat apakah ta'wilnya ini mejadikan seseorang kufur, fasik atau dia dimaafkan dalam hal ini?

Maka harus dilihat dulu.

(suara kurang jelas)

Penanya berkata: apakah boleh menghormati mereka?... terhadap sayyid

Syaikh ustaimin menjawab:

saya katakan: adapun ketergeasah-gesahan dalam menghukumi seseorang dalam hal ini mentabdi' (membid'ahkan seseorang), mantafsiiq (memafasikan seseorang), dan mentakfir (mengkafirkan seseorang) adalah sesuatu yang diharamkan. Tidak boleh.

Sebagaimana ketergesah-gesahan dalam menghalakan sesuatu atau mengharamkan, ini diharamkan. Jauhilah dari berkata-kata terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui tentangnya.  Karena sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal tersebut.

Allah berfirman:

Katakanlah wahai muhammad sesungguhnya Allah telah mengharamkan perbuatan keji yang nampak dan apa yang tidak nampak, perbuatan dosa, perbuatan zhalim tanpa alasan yang benar, juga mengharamkan kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sementara Dia tidak menurunkan alasan untuk itu. Dan mengharamkan membicarakan tentang Allah apa yang kamu tidak ketahui tentangnya. (al a'raf: 33)

 

Maka dalam masalah takfir, yaitu dalam mengkafirkan seseorang berhubungan dengan dua perkara yang mengharuskan keduanya:

Perkara pertama: kita harus mengetahui bahwasanya dalil-dalil menunjukkan atas apa yang kita kafirkan tersebut karena kekufurannya. Dan begitu banyak perkara-perkara yang beberapa orang mengira itu adalah kekafiran akan tetapi ternyata bukanlah kekafiran. Maka kita harus mengetahui bahwasanya dalil menunjukkan akan kekufuran perbuatan itu atau kekufuran perktaan tersebut.

Perkara kedua: harusnya kita mengetahui bahwa orang yang berkata dengan perkataan ini atau orang yang berbuat dengan perbuatan ini dia memiliki udzur atau tidak memiliki udzur. Karena terkadang seseorang berkata dengan perkataan kufur akan tetapi dia beruzur. Entah karena kebodohan, atau ta'wil, atau kondisi orang tersebut. Seperti dalam kondisi sangat marah atau sangat gembira atau yang semisal dengan hal itu. Padahal sebenarnya dia tidak ingin mengucapkan perkataan kufur dengan perkataannya itu. Telah tsbit dari nabi Allah sangat gembira.... rekaman berakhir.

Penerjemah: Muhammad Ode wahyu
Sumber:http://www.islamgold.com/rmdata/67_qotob2.mp3

0 Comment "Syaikh Ustaimun Rahimahumullah Ketika Ditanya Tentang Sayyid Quththubi"

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca...!!!

Thank you for your comments