Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan beberapa tujuan besar. Diantara
tujuan diutusnya beliau adalah untuk memenangkan Islam. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman :
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
“Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar agar dimenangkannya di atas segala agama meskipun
orang-orang musyrik membenci.” (QS. 9:33, 61:9)
Tujuan nabi salah satunya untuk memperjuangkan
islam untuk memperjuanngkan islam ini bukan pekerjaan ynag ringan nabi tidak
bisa berjuan sendirian, nabi membutuhkan rijal membutuhkan sahabat-sahabat,
membutuhnkan kader-kader yang bekerjasam dengan beliau dengan satu hati ,
dengan ikatan hati yang kuat untuk memperjuangkan agama Allah subhanahu
wata’ala. Maka tujuan yang besar ini menjadikan agama ini menjadi agama yang
tertinggi tanpa adanya rijal-rijal, tanpa adanya pendukung-pendukung, tanpa
adanya orang-orang yang bekerjasama menyatukan misi mereka mustahil akan
tercapai, meskipun bekerja sendiri-sendiri tidak akan tercapai. Sunnahnya nabi
kita tidak bekerja sendiri sahabat-sahabat beliau tidak bekerja sendiri. Bahkan
umar sedikit ekstrim ketika beliau menjadi khalifah, sahabat tidak boleh keluar
Madinah kecuali yang ditunjuk jadi gubernur, itu boleh keluar madinah. Sahabat
nabi harus tinggal di Madinah menjadi teman-teman bermusyawarah umar bin Khattan
dalam mengembangka agama ini. Kalau dikatakan apa haknya umar, ini adalah
urusan pribadi, itulah perjuangan mereka orang yang faham perjuangan. Ketika
dikumpulkan, maka dikumpulkan. Maka dibutuhkan rijal untuk kita memperjuangakan
agama ini
Memperjuangkan
Islam hingga mencapai kemenangannya dan mengungguli semua agama yang ada
tentulah membutuhkan kekuatan dan diantara bentuk kekuatan yang dibutuhkan
selain kekuatan iman adalah kekuatan rijal dalam jumlah dan kualitas
serta kekuatan persaudaraan dan persatuan diantara mereka.
Bangsa
Arab – yang di tengah-tengah mereka diutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam – sebelum Islam menjadi agama mereka adalah bangsa yang tidak pernah
diperhitungkan dan dikhawatirkan ancamannya oleh bangsa-bangsa lain di masa
itu. Itu disebabkan karena bangsa Arab adalah bangsa yang berpecah belah yang
disibukkan dengan peperangan dan permusuhan diantara mereka yang menyebabkan
lemahnya mereka.
Bangsa
Arab adalah bangsa yang tidak pernah diperhitungkan oleh bangsa manapun di
dunia ini apalagi Roamawi dan Persia yang merupaka kerajaan terbesar pada masa
itu tidak pernah memperhitungka bangsa Arab sebgai ancaman, kenapa? Karena
diantara mereka berperang terus saja kerjanya diantar suku-suku arab, diantara
kabilah-kabilah arab, berperang diantara mereka. Setela masuk islam mereka
dipersaudarakan di atas kalimat laailaaha illallah muhammadarrasulullah mereka
masuk islam. Setalah islam mereka menjadi ummat yang bersaudara, berukhuwah,
bersatu, setalah itu lahirlah kekuatan mereka. Tentunya kekuatan mereka menjadi
bangsa yang kuat. Orang arab yang tadinya lemah ini karena sahaba-sahabat pada
umumnya orang arab yang sebelumnya lemah karena berpecah-belah lkemudin setelah
masuk islam menjadi bersaudara, menjadi ummat yang kuat. Nabi kirin surat ke
Persia, masuk islam, kamu selamat, kirim surat ke raja romawi, masuk islam,
kamu selamat. Mereka heran orang arab bisa berani unjuk gigi, menyuruh kita
masuk islam supaya selamat, memangnya mereka siapa. Heraklisu dan... belum tahu
kalau orang arab sekrang tidak sama dengan prang arab dahulu. Sebelum islam
mereka bercerai-berai, setelah islam mereka satu hati, dalam hati Rasulullah
sudah beda. Akhirnya sedikit-demi sedikit dunia takluk di bawah kekuasaan kaum muslimin. Begitu perjalanannya, kita
menginginkan islam sebagai agama tertinggi harus ada rijal, rijal yang memuliki
hati yang terikat satu sama lainnya seperti sahabat-sahabat Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wasallam. Jangan bertengkar kalau beretengkar kalian akan
gagal dan hilang kekuatan kalian. Kalau bercerai berai maka kita akan gagal dan
tidak akan kuat. Maka di sini bersabar, mungkin saudara kita punya kekurangan,
tidak mengapa yang penting jangan sampai berpecah-belah, Allah bersama
orang-orang bersabar. Ini mukaddimah yang menunjukkan pentingnya ukhuwah dalam
perjuangan. Ukhuwah dibutuhkan untuk memperjuangkan islam.
Setelah
Islam mewarnai kehidupan mereka tiba-tiba mereka menjadi bangsa yang kuat.
Surat-surat yang dikirimkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada raja-raja
besar di zaman itu pada awalnya mengagetkan mereka, bagaimana mungkin bangsa
yang lemah mengajak mereka untuk mengikuti agamanya dan tunduk kepada
pemimpinnya? Mereka tidak menyangka bahwa bangsa Arab yang telah memeluk Islam
kini menjadi bangsa yang kuat dengan iman mereka dan dengan ukhuwah serta
persatuan diantara mereka hingga pada gilirannya pusat-pusat kekuasaan besar di
dunia ketika itu – Persia di timur dan Romawi di barat – tumbang dan jatuh ke tangan kaum muslimin.
Negeri Persia dikuasai kaum
muslimin di zaman kekhalifahan Umar bin Khattab r.a dan Konstantinopel ibu kota kerajaan Romawi jatuh ke tangan kaum
Muslimin pada abad ke 8 Hijriyah di tangan Muhammad Al Fatih. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman :
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu
dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS.
8:46)
Ukhuwah Islamiyah
1.
Asas
Ukhuwah
Supaya
bisa lahir ukhuwah, ada pondasinya? Al mahabbatu
fillah saling mencintai karena Allah. Ini akan melahirkan ukhuwah. Bukan
saling mencintai karena dunia, bulan saling mencintai karena ada kepentingan
dunia kepada saudari kita, tapi karena Allah subhanahu wata’ala. Kecintaan ini
akan melahirkan kesempurnaan iman dan dengan kesempurnaan iman kita akan masuk
ke dalam surga.
Dasar
dari ukhuwah adalah keimanan sebab ikatan persaudaraan yang paling kuat adalah
yang diikat oleh iman, dia bahkan lebih kuat dari persaudaraan yang diikat oleh
darah dan nasab (QS. 49:10). Iman akan sempurna jika dibangun di atas saling
mencintai karena Allah, dengan demikian ukhuwah yang kuat adalah ukhuwah yang didasari atas saling mencintai
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian
beriman dan tidak akan sempurna iman kalian sampai kalian saling mencintai. Maukah
aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling
mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Banyak
dalil tentang keutamaam saling mencintai karena Allah, ini bisa dibaca di
buku-buku. Diantaranya orang yang saling mencintai karena Allah berada di atas
mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya. Mimbar di tempat yang tinggi yang
terbuat dari cahaya yang mana para nabi dan syuhada sangat menginginkan tempat
itu. Nabi dan para syuhada sangat menginkan tempat itu tempat almutahabbuna
fillah, orang yang saling mencintai karena Allah. Jadi ini dasarnya ukhuwah
dibangun pertama kali di
atas al mahabbatu fillah, ini sangat penting menanamkan kecintaan kepada Allah
2.
Keutuman
ukhuwah dan mahabbah fillah
o
Syarat sempurnanya
iman.
Dari
Anas bin Malik r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia
mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Maukah
kalian aku tunjukkan suatu amal kalau kalian kerjakan kalian akan saling
mencintai sebarkan salam diantara kalian. Maka para sahabat jika mereka
berjalan berdua tiba-tiba ada pohon misalnya atau ada sesuatu yang memisahkan
mereka, di ujung mereka bertemu mereka mengatakan asslamu ‘alikum. Para
sahabat, bagaimana kita hari ini, kalau ketemu buang muka, bagaimana tidak
hancur hati kita ini, sudah tidak salam, muka masam lagi. Akhirnya kita yang
sebenarnya tidak benci jadi benci juga dan akhirnya saling membenci
o
Mendapatkan
cinta Allah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَقَالَ لَهُ أَيْنَ تَذْهَبُ قَالَ أَزُورُ أَخًا لِي فِي اللَّهِ فِي قَرْيَةِ كَذَا وَكَذَا قَالَ هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا وَلَكِنَّنِي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang laki-laki menziarahi saudaranya di kampung
lain lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk mengikutinya di jalannya.
Ketika malaikat itu mendatanginya dia berakata : “Mau kemana engkau?” Orang itu
menjawab : “Saya ingin menziarahi saudaraku fillah di kampung fulan.” Malaikat
berkata : “Apakah karena satu kebaikan yang ingin kau balas?” Orang itu berkata
: “Tidak, akan tetapi aku mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.” Malaikat
berkata : “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu untuk menyampaikan bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana
engkau mencintai saudaramu karenaNya.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Keutamaan
yang lain sebagaimana yang telah disebutkan hadistnya, berada di mimbar-mimbar
cahaya, mendapatkan rahmat di hari kiamat. Orang yang saling mencintai karena
Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.
o
Berada
di atas mimbar-mimbar cahaya yang diinginkan oleh para Nabi dan syuhada.
Dari
Mu’adz bin Jabal r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلَالِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمْ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ
“Orang yang saling mencintai dalam keagunganKu bagi mereka
mimbar-mimbar (tempat-tempat yang tinggi) dari cahaya. Para Nabi dan para
syuhada sangat menginginkan (keadaan seperti) mereka.” (HR. Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Al Albani).
Mimbar
arinya apa? Ia adalah tempat yang tinggi. Kenapa dinamakan tempat khutbah
mimbar karena ia tinggi kalau ada mimbar yang tidak tinggi bukan mimbar namanya ada suatu mensjid
namanya mesjid al ikhsan minbarnya bukan mimbar karena hanya seperti panggung,
itu mimbar bahasa indonesia, kalau mimbar dalam bahasa arab mimbar itu tinggi.
Kalau kita brdiri di lantai itu juga bukan mimbar tapi hanya tempat bersandar.
o
Mendapat
naungan Allah di hari kiamat.
Dari
Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي
“Sesungguhnya Allah berfirman pad hari kiamat : Mana orang yang
saling mencintai karena keagunganKu? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka
dengan naunganKu di hari yang tidak ada
naungan kecuali naunganKu.” (HR. Muslim)
Juga
hadits tentang 7 golongan yang mendapakan naungan Allah pada hari kiamat yang
salah satunya adalah “dua orang yang
saling mencintai karena Allah, mereka bertemu karena Allah dan berpisah karena
Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
o
Ikatan
iman yang paling kuat.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَوْثَقُ عُرَى الإِيمَانِ الْمُوَالاةُ فِي اللَّهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللَّهِ، وَالْحُبُّ فِي اللَّهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ.
“Ikatan iman yang paling kuat adalah saling
memberikan loyalitas karena Allah dan saling membenci karena Allah dan cinta
karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Thabrani dan dihasankan oleh Al
Albani). Ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah, beberapa
keutamaan cinta karena Allah dijelaskan dengan baik sehingga mereka betul-betul
bisa menanamkan cinta karena Allah.”
3.
Tahapan
– tahapan dalam merajut ukhuwah yang kuat
Untuk
melahirkan ukhuwah yang kuat diperlukan langkah-langkah berikut: dimulai dengan
- Perkenalan
dari perkenalan akan terjadi interaksi dan pergaulan. Kita wajib ta’aruf
karena kadang-kadang kita kenal muka saja tidak kenal nama dan ta’aruf
juga bukan hanya kanal nama tapi bisa mengenal juga latarbelakang
keluarganya dan segalanya kita tahu tentang saudara kita.
- Sering
berinteraksi akan melahirkan saling memahami akan karakter dan sifat
masing-masing sehingga masing-masing berinteraksi dengan saudaranya dengan
memperhatikan karakter dan sifat yang terdapat pada diri saudaranya
tersebut. Kalau kita sudah mengetahui sifat masing-masing maka kita akan
saling penegrtian, kalau kita tau teman kita cepat tersinggung jangan
mambuat di tersinggung karean sudah mengetahui saudaranya agak sensitif
sehingga kalau bicara dengannya hati-hati. Sebaliknya misalnya saya ini
cepat tersinggung kalau saya tau ada saudara saya ceplas-ceplos orangnya
begitulah sifatnya maka saya mengertilah dia, jadi saling memahami karena
saling mengenal. Kalau tidak Sali mengenal dan memahami mungkinakan
terjadi bentrok. Ada saling pengertian. Memahami di antara saudaranya.
- Pergaulan
dan muamalah hasanah akan melahirkan ta-aluf (ikatan hati)
- Jika
hati telah dekat dan bersatu akan melahirkan kerjasama dan saling menolong
bahkan sampai pada tingkat rela berkorban untuk saudaranya. Contoh yang
paling dekat ini adal suami istri, dimulai dari ta’aruf, karena tidak
pacaran maka malam pengantin ta’aruf dulu. Satu hari dua hari sebulan dua
bulan mungkin sudah tau sifatnya istri saya, begini suami saya kemudian
lahirlah tafahum, kalau tidak bisa tafahum maka susah untuk berlanjut
rumag tangga. Tapi kalau dari ta’aruf ada tafahum maka akan meningkat
menjadi ta’aluf
ikatan hati. Orang awam mengatakan nikah batin. Kalau sudah ta’aluf, ta’wun kerjasama. Kalau dia tau suaminya
seorang da’i sibuk, ia memperhatikan suaminya, tidak menuntut macam-macam
karena sadar ia tidak menikah dengan pengusaha besar, da’i itu uangnya
tidak banyak jadi begitu ada kerja sama.
- Setelah
kerja sama ada pengorbanan. Jadi kalau bisa kita terapkan dalam ukhuwah ii
masya Allah, dimulai dari ta’aruf, tafahum, ta’aluf, ta’awun akhirnya lahir pegorbanan . Ada
tiga orang sahabat yang terkapar setelah perang yarmuk, salah satunga
adalah anaknya abu jahl, sahabat yang satu minta air, semuanya minta air
lagi yang pertama mengatakan kasi yang kedua dulu, yang kedua mengatakan
kasi yang ketiga dulu, setelah sampai yang ketiga ternyata sudah
meninggal, kembali ke yang kedua ternyata sudah meninggal juga kembali ke
yang pertama ternyata sudah meninggal juga. Jadi tadbiyah, ia mengorbankan
diriny kerana mendahulukan saudaranya, indahnya persaudaraan, indahnya
ukhuwah
4.
Tingkatan-tingkatan
ukhuwah
1) Kelapangan
dada terhadap saudara, diantara bentuk kelapangan dada :
–
Tidak ada iri dan dengki terhadap saudara. Dari Abu
Hurairah r.a bahwasnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا يجتمعان في قلب عبد الإيمان و الحسد
“Tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba iman dan
kedengkian.” (HR. Ahmad dan Nasai dan disahihkan oleh Al Albani)
–
Memaafkan kesalahan-kesalahan saudara (QS. 3:133)
Dalam
peristiwa haditsah al-ifk Misthah r.a termasuk salah seorang dari kaum mu’minin
yang termakan fitnah yang ditiupkan oleh orang-orang munafik. Dia seorang
muhajir dan ahli Badar sebagaimana juga miskin sehingga kehidupannya ditangung
oleh Abu Bakar r.a. Ketika Allah menurunkan ayat yang menjelaskan kesucian
Aisyah r.a dari segala fitnah tersebut, Abu Bakar bersumpah untuk memutuskan
bentuannya kepada Misthah yang ikut termakan fitnah terhadap putrinya, maka
Allah menurunkan ayat tentang itu : “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai
kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi kepada kaum kerabat, orang-orang yang miskin
dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “ (QS. 24:22)
maka Abu Bakar pun langsung membatalkan sumpahnya dengan membayar kaffarah
sumpah.
–
Tidak ada dendam.
ú
Murid-murid Imam Ahmad pernah berkata kepadanya :
“Bolehkah kami mengambil hadits dari Abu Manshur Ath Thusi?” berkata Ahmad :
“Kalau bukan darinya dari siapa lagi kalian akan mengambil hadits?” Mereka
berkata : “Sesungguhnya dia telah berbicara tentang (keburukan) anda.” Berkata
Ahmad : “Dia adalah seorang yang shaleh namun kita menjadi ujian baginya.”
ú
Pernah terjadi sesuatu antara Hasan bin Hasan bin
Ali bin Abi Thalib dengan Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib sehingga Hasan
bin Hasan mendatangi Ali bin Husain di majelisnya dihadapan murid-muridnya dan
menghujatnya. Ali bin Husain hanya diam mendengar hujatan saudaranya
terhadapnya hingga dia menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya lalu pergi.
Tak lama kemudian Ali bin Husain mendatangi Hasan bin Hasan di rumahnya dan
berkata : “Jika semua yang engkau katakan tadi benar adanya semoga Allah
mengampuniku dan jika semua yang engkau katakan tadi tidak benar semoga Allah
mengampunimu.” Maka Hasan bin Hasan mengejar Ali bin Husain dan meminta maaf
kepadanya.
Jadi
ini tingkatan persaudaraan yang palin rendah, ada kelapangan dada terhadap
saudara, tidak ada rasa benci, orang beriman mudah dia memaafkan, sifat orang
bertakwa tidak mau membalas dendam. Ada kisah sahabat yang bersedekah dengan
kehormatannya. Ia masuk mesjid, nabi mengatakan akan lewat dihadapan kalian
seorang penghuni surga. Tiga hari nabi mengatakan seprti itu beturut-turut,
orang sama lewat akhirnya ada seorang sahaba Abdullah bin amr bin ash berkata
apa kelebihannya ini orang maka ia minta izin menginap di rumahnya selam 3
malam. 3 malam dia menginap, tidak ada yang istimewa biasa-biasa saja, apalgi
dalam hal ibadah, ia mengatakan ah sedikit ibadahnya ini orang tapi kenapa nabi
mengatakan tiga kali berturut-turut ia ahli surga, ia mengatakan sebenarnya
saya menginap di sini karena saya dengan nabi bersabda begini , tapi saya lihat
biasa-biasa saja, kata sahabat ini ia seperti yang kau lihat biasa-biasa saja
tapi yang tidak engkau lihat setiap malam sebelum saya tidu saya maafkan semua
kesalahan saudara saya, saya bersihkan hati saya, supaya tida marah dan benci
kepad seorang muslimpun. Kata amr bin ash inilah prestasimu ternyata dan kala
beliau sulit untuk dicapai, dia maafkan semua kesalahan saudaranya, tidak mau
tidur kalau masih ada rasa sakit hatinya kepada saudarinya
2) Suka
untuk saudaranya apa yang dia suka untuk dirinya, Ini berangkat dari hadist “
tidak sempurnya keimanan salah seorang diantara kalian sampai dia suka
menerangi apa yang dia suka untuk dirinya. Jika dia ingin selamat maka ia juga
saudaranya mau selamat, ia mau bahagia ia juga mau saudaranya bahagia dia ingin
mendapat petunjuk ia juga mau saudarnya dapat petunjuk, ia ingin kemenangan, ia
juga saudaranya menang, persamaan, kalau saya ingin baik maka saya juga mau
saudara saya baik perwujudannya:
–
Membantu saudara, ada dua tingkatan :
ú
Memberikan bantuan ketika diminta dan mampu untuk
membantu disertai dengan wajah yang cerah (tidak menunjukkan rasa berat).
Karena ada orang yang menolong tapi mengatakan pinjam lagi, sehinga oarng yang
meminjam merasa tidak enak tapi karena terpaksa, ini belum menolong namanya,
tapi kalau menolong karena mampu dan dengan wajah yang berseri-seri dia
menunjukkan kalau dia senang menolong saudaranya itu baru ukhuwah yang
pertengahan, kalau dia menolong dengan mengomel, disertai wajah yang seram
ketidak tenangan, ini belum ukuhaw pertengahan.
ú
Memberikan bantuan tanpa diminta. Anda meliha
saudara anda butuh maka anda menolongnya sebelum ia meminta pertolongan dan ini
lebih hebat.
–
Memberikan nasehat, disebutkan dalam perkataan
hikmah “saudaramu adalah orang yang berkata benar kepadamu (jika engkau benar
dia katakan benar dan jika engkau salah dia katakan salah) bukan orang yang
selalu membenarkan segala tindakanmu.” Kita mau dia selamat sperti kita selamat
dan kita mau dia tau agama seperti kita tau agama, kita mau dia masuk surga
seperti kita, kita mau ia terlepas dari naraka seperti kita ingin terlepas dari
neraka, maka ada menasehati dan mengajarkan.
–
Mendoakan. Dari Abu Darda r.a bahwasanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Doa seorang muslim untuk saudaranya dalam
keadaan tidak diketahuinya dikabulkan, di sisi kepalanya ada malaikat yang
diwakilkan, setiap kali dia doakan saudaranya maka malaikat itu mengucapkan
“amin, dan untukmu seperti itu pula”. (HR. Muslim)
Diriwayatkan,
sahabat ini biasa menyebitka sampai 60 nama dalam sujudnya didoakan diantara
sahabat-sahabatnya, jadi kita mendoakan saudara kita kalau kita mencintai
saudara kita maka kita mendoakan mereka apalagi kalau umroh, naik haji jangan
lupa sebut nama saya masuk surga di waktu-waktu mustajab. Saudara-saudara ikta
di palestina, di Irak, doakan mereka dalam shalat kita
–
Menjaga kehormatannya yaitu dengan tidak
menggibahnya, memfitnahnya bahkan jika ada orang yang mencela saudaranya dia
akan membelanya. Dalam perjalanan ke perang Tabuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mencari Ka’ab bin Malik, maka seorang laki-laki berkata : “Berat atasnya
pakaiannya ya Rasulullah.” (maksudnya dia tidak mampu meninggalkan kenikmatan
di Madinah untuk pergi berjihad). Mendengar itu Mu’adz bin Jabal berkata orang
tersebut : “Alangkah buruk apa yang engkau katakan, kami tidak mengetahui
darinya kecuali kebaikan, mungkin dia
terhalang udzur.” Kita membela dia ketika ada orang yang menjelek-jelekkannya
kita suka untuk diri kita maka kita suka juga untuk saudara kita
3) Mengutamakan
saudaranya di atas dirinya sendiri. (QS. 59:9)
–
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah kedatangan tamu yang
kelaparan pada suatu malam maka beliau bertanya kepada istri-istri beliau
kalau-kalau diantara mereka ada yang mempunyai makanan, ketika beliau tahu
bahwa tidak ada seorang pun diantara istri beliau yang mempunyai makanan beliau
menawarkan kepada para sahabat untuk melayanai tamu beliau tersebut. Abu
Thalhah lalu menawarkan dirinya, diapun segera ke rumahnya dan munyampaikannya
kepada istrinya, istrinya berkata bahwa mereka hanya punya makanan untuk
anak-anak mereka malam itu. Abu Thalhah lalu menyuruh istrinya untuk menidurkan
anak-anaknya ketika waktu makan malam tiba dan mematikan pelitanya lalu
mengajak tamu Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam makan dalam kegelapan
sementara Abu Thalhah dan istrinya
sendiri tidak makan. Keesokan
harinya Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh Allah kagum
dengan apa yang dilakukan fulan dan fulanah (semalam).” Dan Allah menurunkan
ayat : “dan mereka mengutamakan saudara mereka di atas diri mereka sendiri
meskipun mereka sendiri dalam keadaan sempit” (QS. 59:9)
–
Setelah perang Yarmuk selesai berkecamuk
tergeletak 3000 prajurit muslim diantara mereka ada yang terluka dan ada pula
yang syahid. Diantara yang terluka terdapat Al Harits bin Hisyam, ‘Ikrimah bin
Abi Jahl dan ‘Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Maka Al Harits meminta air untuk minum,
ketika air dibawakan kepadanya dia melihat ‘Ikrimah memandang kepadanya maka
diapun berisyarat agar itu diberikan kepada ‘Ikrimah, ketika air dibawa kepada
Ikrimah dia melihat ‘Ayyasy memandang kepadanya maka diapun berisyarat agar air
itu dibawa kepada ‘Ayyasy, ketika air itu dibawakan kepada ‘Ayyasy ternyata dia
telah meninggal sebelum sempat meneguknya dan ternyata al Harits dan ‘Ikrimah
pun juga telah meninggal dunia. Tidak seorangpun diantara mereka yang meminum
air tersebut sampai mereka syahid karena mengutamakan saudaranya.
5. Faktor- faktor yang menguatkan ikatan ukhuwah.
Ini
dijelaskan dengan baik diberikan motivasi contoh –contoh dari tingkatan ukhuwah
supaya mereka memahami.
1). Saling menziarahi, buat program, bagi yang belum menikah ini
mudah, jadi bikin program
2). Sampailan cinta anda, nyatakan cinta anda, Umar perna mengatakan
yan Rasulullah saya cinta kepad fulan, nabi mengatakan sudah kau sampaikan
kepadanya? Katanya belum ya Rasulullah, Rasulullah mengatakan sampaikan.
3). Wajah yang cerah ketika bertemu, ini menguatkan ukhuwah jangan
meremehkan meskipun hanya bertemu saudara dengan wajah yang berseri-seri.
4). Jabat tangan, kata nabi tidaklah seorang muslim bertemu mereka
memberi salam, kemudian berjabat tangan melainkan dosa-dosa mereka berguguran
seperti gugurnya daun-daun dari pohon pada musim kering. HR Tabrani. Kalau
perlu dipererat bukan hanya formalitas, bukan hanya ujung-ujungnya saja, kata
sahabat nabi berjabat tangan tidak melepaskan tangannya sebelum sahabat
melepaskan tangannya, ini bisa menimbulkan kecintaan kepada saudara.
5). Saling memberi hadiah. Saling berhadiahlah niscaya kalian akan
saling mencintai, biar sederhana, biar sedikit
6). Megucapkan selamat, atas keberhasilan, selamat menunaika tugas,
sampai kepada orang menikah didoakan
7).
Saling menolong
8).
Saling mendoakan
9). Memberikan enam hak. Saling memberi salam kalau diundang hadiri, saling
memberi nasehat, menjawab bersin ketika ia mengacapkan hamdalah, mengujungi
ketika sakit, megantar jenazahnya ketika meninggal.
6. Perusak-perusak ukhuwah
ini
bahaya, jelaskan baik-baik, berikan contoh, motivasi supaya dia menghindarinya
1)
Egois, mau menang sendiri, dia saja yang mau
dimengerti tidak mau mengerti orang. Kalau musyawarah pendapatnya saj yang mau
di terima kalau bukan perdapatnya ia tidak terima, sifat egois ini merusak
ukhuwah.
2)
Sombong
3)
Hasad, jelas merusak ukhuwah, ada hasad pasti
cintanya hilang, kalau asanya hilang ukhuwahnya runtuh, ukhuwah runtuh tida
bisa berjuang, islam tidak akan bisa menang.
4)
Suka bertengkar, berdebat untuk menjatuhakan,
kalau berdebat ilmiah tidak mengapa, tapi kalau debat kusir debat
menang-menangan, ingin menujukkan siapa yang lebih pintar, dan ketika ingin
menunjukan saya lebih pintar maka yang lain lebih bodoh, ini meresahkan orang
lain
5)
Fitnah, memfitnah saudara kita yang tidak ia
lakukan
6)
Cinta popularitas, ingni menonjol sendiri, paling
mau dikenal, harum namanya, ini merusak ukhuwah.
7.
Kesimpulan
Saling
mencintai karena Allah akan melahirkan ukhuwah (persaudaraan) di jalan |Allah
lalu ukhuwah dan persatuan akan melahirkan kekuatan untuk selanjutnya
mendapatkan janji Allah di dunia yaitu kemenangan sehingga tercapailah salah
satu tujuan diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu menjadikan
Islam sebagai agama tertinggi di atas seluruh agama, nilai dan ajaran yang ada
di muka bumi ini.
oleh : Ust. Saiful Yusuf,Lc
0 Comment "Ukhuwah Islamiyah"
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca...!!!