Menggantikan Peran Ibu

Ibu melakukan tiga aktivitas mulia yang tidak bisa dilakukan oleh para ayah. Yaitu aktivitas hamil, melahirkan, dan menyusui.

 وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَاناً حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهاً وَوَضَعَتْهُ كُرْهاً وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْراً حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحاً تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ۝٥١

 Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula)Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS.46:15)

 

 

 

۝١٤وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS.31:14)

Adakah diantara para ayah yang bisa melakukan tiga aktivitas ini sehingga bisa menggantikan peran ibu? Wallahi tidak akan pernah bisa! Sebab secara fitrah manusia hanya para wanita lah yang dapat melakukannya. Oleh karenanya, para ayah harus ridho apabila para ayah ditempatkan oleh Allah 3 kali lipat di bawah ibu.

Jika kita mau mengamati 2 ayat di atas, ternyata ada hal yang unik. Bahwasanya secara tema ayat ini berbicara tentang perintah Allah untuk berbakti kepada kedua orangtua (ibu dan bapak).

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya(QS.46:15)

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; …" (QS.31:15)

Tetapi, walaupun temanya adalah perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua (ibu dan bapak). Kedua ayat tersebut justru hanya menyebut Ibu dan tugasnya. Sedangkan ayah sama sekali tidak disebutkan di dalam ayat ini.

Ini artinya jika para bunda ingin memperoleh anak yang berbakti, dan ingin diposisikan tiga kali lipat di atas para ayah. Maka para bunda harus "membayarnya" dengan tiga aktivitas mulia ini. Tetapi dengan syarat bahwa para bunda harus menjalankannya dengan cara yang benar, dan harus dengan kualitas yang maksimal. Sebab bukankah besar dan kecilnya balasan untuk seseorang itu tergantung bagaimana kualitas hasil pekerjaanya? Maka tidak ada cara lain bagi para bunda jika ingin memperoleh anak yang berbakti dan ditempatkan di posisi tiga kali lipat di atas ayah. Kecuali dengan cara para bunda harus betul-betul maksimal dalam menjalankan 3 aktivitas mulia ini.

Memangnya apa ada ibu yang tidak maksimal dalam menjalankan 3 aktivitas mulila ini? Oh ya tentu ada, bahkan lebih parahnya bukan cuma tidak maksimal tetapi saat menjalankannya malah para bunda bersebrangan dengan petunjuk wahyu.

Lihatlah hari ini, berapa banyak para ibu yang mulai menganggap remeh tiga aktivitas ini dikarenakan berbagai macam alasan. Ada yang dengan sengaja menitipkan benihnya ke dalam rahim wanita lain (bayi tabung) lantaran sudah putus asa karena tidak kunjung dianugrahkan anak. Padahal islam telah memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana memprogram kehamilan yang susuai dengan petunjuk Al- Qur'an bahkan untuk orang mandul sekalipun.

Selain itu adapula para ibu yang dengan sangaja melakukan operasi caesar – tanpa alas an yang syar'I – hanya karena takut dan tidak mau merasakan sakitnya melahirkan. Dan ada pula – bahkan sering sekali terjadi – para ibu yang dengan sengaja (tanpa alas an yang syar'i) menggantikan ASI dengan susu pabrikan hanya karena tidak ingin merasakan letihnya menyusui atau karena tidak ingin diganggu aktivitas kerjanya.

Apakah model para ibu di atas layak untuk mendapatkan bakti anak? Apakah para ibu di atas layak untuk mendapatkan posisi tiga kali lipat lebih mulia dari para ayah? Sama sekali tidak, kecuali para ibu mau menjalankan tugasnya dengan benar dan maksimal.

Maka para bunda, tolong dicek kembali jika anak-anaknya hari ini tidak berbakti kepada ibunya. Jangan-jangan kesalahan itu bermula dari para bunda sendiri yang mungkin dahulunya pernah menyepelekan atau tidak maksimal ketika menjalankan salah satu dari tiga aktivitas mulia ini. Bisa saja itu terjadi saat para bunda mengandungnya, atau melahirkannya, atau mungkin saat menyusuinya.

Para bunda, sungguh tiga aktivitas mulia ini adalah bayaran yang harus para bunda bayarkan untuk mendapatkan bakti dan pengabdian anak kepada ibunya dikemudian hari. Juga untuk membayar posisi kemuliaan tiga kali lipat di atas ayah. Kalau para bunda sampai menyepelekannya, maka para bunda jangan pernah berharap untuk mendapatkan anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya.

Ingatlah para bunda, bahwasanya kualitas seorang bunda dalam menjalankan tiga aktivitas mulia ini, sangat berbanding lurus dengan tingkat bakti anak kepada kedua orangtuanya terlebih khusus bakti kepada bundanya   .

Komentar