Perangkat-Perangkat Iman


Iman ibarat manusia yang harus diiringi oleh perangkat. Iman harus dibalut oleh taqwa, dihiasi oleh rasa malu, dan dikuatkan oleh fiqih fiddin.
Iman yang bercokol dalam hati dan seringkali naik-turun haruslah memiliki perangkat yang menguatkan dan melindunginya. Jika tidak, pastilah ia akan lemah dan binasa.

Ulama tabi'in pada zamannya, Abu Abdillah Muhammad bin Munabbih bin Kamil Al-Yamaniy Ash-Shan'aniy Adz-Dzamariy rahimahullah, berkata,

الإِيْمَانُ عُرْيَانُ، وَلِبَاسُهُ التَّقْوَى، وَزِيْنَتُهُ الحَيَاءُ، وَمَالُهُ الفِقْهُ.

"Iman (ibarat) sesuatu yang telanjang. Pakaian iman adalah taqwa, perhiasannya adalah sifat malu, dan harta bendanya adalah fiqih (pemahaman dalam agama)."
[Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 35235, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa 63/385, Al-Khara'ithiy sebagaimana dalam Al-Muntaqa min Kitab Makarim Al-Akhlaq wa Ma'aliha no. 124, dan Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus no. 380]

Iman yang kosong dan telanjang dari ketaqwaan, sifat malu, dan ilmu wahyu tergolong iman yang hampa dan tidak akan bermanfaat bagi pelakunya.

Abdul Qodir, Lc.
Fb: Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah

Markaz Dakwah untuk Bimbingan dan Taklim

Komentar