Prinsip-prinsip Pokok Ahlussunnah Waljamaah #part1

Prinsip-prinsip Yang Pokok Dan Jelas Ahlusunnah Waljamaa'ah
Prinsip-prinsip mencakup keyakinan dan perbuatan, demikianpula tata krama, sopan santun. prinsip-prinsip ini dambil dari kitabullah (al qur'an ) dan ap saja yang shahih dri haditsz rasulullah maupun mutawatir maupun ahad. Mutawatir adalah perawi yang banyak. Ulama ushul fiqih berbeda pendapat jumlah mutawatirnya hadotz, namun jumhur tidak membatasi.
Ada yg membatasi, 3 orang adalah haditz mutawatir jika kurang dari 3, adalah haditsz ahad. Alasannya, sesuatu dibilqng jamak jika berjumlah 3.

Sahabat, Paling banyak ilmu, baiknal-quran maupun haditz, Ibnu Abbas digelari oleh Rasullah sebagai penerjemah Al-Quran, Ibnu Abbas telah mengajar kepada banyak tabiin, Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan haditz meskipun beliau hanya 2 tahun hidup bersama rasullah, sampai-sampai beliau tinggal di masjid sebagai ahlu suffah, tidak mencari nafkah dan sering kelaparan, 5775 haditz , paling baik hatinya.
Maka pokok-pokok prinsip agama ini adalah agama yang utuh dengan penjelasan yang jelas, dan tidak diperkenankan lagi untuk bagi siapa pun untuk melakukan inovasi dan renovasi karena sedemikian rincinya dan terangnya penjelasan agama ini. Tidak ada perkara samar-samar bagi agama ini, oleh karena ahlusunnah berpegang dwngan prinsip ini sekuat-kuatnya, telah ditwrangkan semuanya oleh Rasulullah.
Ahlusunnah menjauhi lafadza-lafadz yang bid'ah, ahlusunnah selalalu menyesuaikan lafadz-lafadz sahabat terdahulu.
Contohnya:  lafadz dalam shalat, Rasulullah telah mencontohkan, dan mereka berusaha mencontohi rasullah.
Jika ingin mengetahui lafadz-lafadz sahabat dan salaf maka lihat lafadz-lafaz ahlusunnah waljamaah.

Prinsip-prinsip tersebut :
1. Al -Iman (Keimanan, beserta rukun-rukunnya)
Keyakinan Ahlusunnah waljamaah, terangkum dalam keimanan yang jujur, terhadap yang 6.

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

 

Umar bin Khaththab Radhiyallahu'anhu berkata:

Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : "Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam."
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya," lelaki itu berkata,"Engkau benar," maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang Iman".
Nabi menjawab,"Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk," ia berkata, "Engkau benar."
Dia bertanya lagi: "Beritahukan kepadaku tentang ihsan".
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu."
Lelaki itu berkata lagi : "Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?"
Nabi menjawab,"Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya."
Dia pun bertanya lagi : "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!"
Nabi menjawab,"Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi."
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : "Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?"
Aku menjawab,"Allah dan RasulNya lebih mengetahui," Beliau bersabda,"Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian." [HR Muslim, no. 8]

Iman itu tidak dapat tegak terhadap rukun-rukunnya, sama seperti bangunan tidak dapat tegak tanpa berdiri dengan tiang-tiangnya.
Dengan keimanan yang shahih, barangsiapa yang mengingkari diantara maka tidak dikatakan beriman.

Keimanan itu adalah
1. keimanan yang berupa keimanan yang pokok berupa wujudnya.
2. Allah punya sifat-siafat yang sempurna.
3. Semua ibadah adalah murni hak Allah.

Syaikh Ibnu Taimiyah, ibadah adalah semua yang mencakup yang diridhai oleh Allah baik yang nampak maupun yang tidak nampak.
Maka, jika itu baik maka akan mendapat pahala.

Buah iman : Jiwa seseorang merasa tenang dengan keimanan yang nampak pada perilaku kehidupan seseorang.

Hendaknya membuat iktizam.

Kita beriman kepada Allah, maka rukun-rukun yang lain akan mengikuti keimanan yang pertama ini, jika kita beriman kepada malaikat maka kita beriman karena adanya malaikat oleh Allah, begitupun juga seterusnya.

Dalil fitrah, kita dapat mengetahui petunjuk keberadaan Allah.
Saat Rasulullah saat bertanya kepada anak dimana Allah ? Anak tersebut berkata dilangit

Dalil Akal, saat Abu Hanifah dengan atheis.Dajrah Orang atheis itu berangkat dan menunggu lama, Abu Hanifah muncul saat sore...menjelaskan bahwa perahunya terbuat dengan sendirinya

Dali Dengan Indra , dengan melihat sekeliling kita.

Oleh, Ustadz Fadlan Akbar,Lc, M.Hi

0 Comment "Prinsip-prinsip Pokok Ahlussunnah Waljamaah #part1"

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca...!!!

Thank you for your comments